Lima peralatan masak ini mungkin sudah banyak dilupakan orang jaman sekarang terutama yang berada di kota-kota besar, padahal dulu sebelum banyak alat masak modern perabotan inilah yang digunakan untuk memasak dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan pokok kita. Namun untuk kepentingan-kepentingan tertentu alat-alat masak tradisional ini masih sering digunakan dan bagi masyarakat yang masih tinggal di daerah pedalaman, peralatan ini masih menjadi yang utama dalam kegiatan memasak untuk kebutuhan sehari-hari.
Perkembangan teknologi yang cukup pesat untuk memenuhi kebutuhan manusia secara cepat, mudah dan praktis inilah yang menyebabkan orang lebih menyukai peralatan masak modern dibandingkan menggunakan perabotan tradisional. Padahal jika dicermati kebanyakan orang-orang modern yang hidup di perkotaan sekarang ini, seringkali merindukan dan mencari makanan tradisional yang alami dan diolah dengan cara dimasak menggunakan alat-alat masak tradisional. Kenyataan ini bisa terlihat dengan banyakanya restoran yang menyajikan menu masakan yang diolah secara tradisional seperti jaman orang tua kita dulu, bahkan sampai ada yang menyediakan galeri khusus untuk dijadikan tempat memasak dengan peralatan tradisional.
Proses masak nasi tradisional dengan menggunakan hawu (tungku api), langseng, dan aseupan (kukusan bambu) |
Nah, pada kesempatan ini penulis ingin mencoba mengingatkan memori Anda yang kini berumur diatas 30 tahunan untuk mengenang kembali peralatan masak yang mungkin dulu ada di rumah kita dan sering digunakan oleh ibu kita dalam kegiatan mengolah makanan untuk keluarganya. Langsung saja kita simak ulasannya di bawah ini :
1. Dandang/Langseng (dalam bahasa Sunda disebut Seeng)
Alat masak tradisional yang satu ini dipakai untuk menanak nasi atau memasak air atau mengukus makanan. Dandang yang berusia lebih tua biasanya terbuat dari tembaga berwarna kuning kemerah-merahan atau terlihat seperti keemasan, dan kesininya ada yang terbuat dari alumunium, plat besi/seng/stainless. Bentuknya cukup unik yakni dengan bagian atas dan bawah yang lebih besar, sedangkan bagian tengahnya terlihat mengecil seperti pinggang yang dikencangkan oleh sabuk, bentuk unik ini juga jika diamati mirip sekali dengan topi pesulap yang dibalik. Kini sudah jarang sekali toko perabotan rumah tangga yang menjual Langseng dari bahan tembaga seperti pada gambar, dan mungkin alat masak tradisional ini sudah menjadi salah satu barang antik.
2. Kukusan bambu (dalam bahasa Sunda disebut Aseupan)
Peralatan memasak ini terbuat dari bambu yang dianyam dan dibentuk seperti kerucut. Kegunaannya yakni untuk menanak nasi, mengukus makanan mentah seperti ubi, singkong, talas atau makanan olahan tradisional seperti kue bugis, getuk, pepes ikan dan lain-lain. Aseupan ini diugunakan bersama dandang/lanseng yaitu dengan cara memasukan bagian yang runcingnya terlebih dahulu ke dalam dandang sampai bagian atasnya tertahan oleh mulut langseng. Sehingga kalau menanak nasi, setelah matang akan menghasilkan bentuk seperti tumpeng, dan sekarang ini mungkin hanya sedikit saja yang masih menggunakan alat ini salah satunya yakni mereka yang berbisnis nasi tumpeng.
3. Tungku api (dalam bahasa Sunda disebut Hawu)
Tungku api atau hawu adalah peralatan masak utama yang wajib dimilik oleh setiap rumah orang jaman dulu sebelum adanya kompor minyak tanah. Tungku ini berfungsi sebagai kompor, sebelum banyak beredar semen di daerah pedalaman tungku dibuat dari tanah liat dengan bentuk sepeti gunung yang bagian tengah atas dan sampingnya dilobangi untuk aliran api dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Setelah semen beredar ke daerah-daerah, maka banyak masyarakat yang membuat tungku api dari adukan semen dan pasir bahkan ada juga yang menggunakan batu bata. Untuk menyalakan apinya dimulai dengan bahan-bahan atau kayu ranting kecil yang mudah terbakar, kemudian baru dimasukan kayu-kayu padat berukuran besar untuk menghasilkan api yang lebih besar, penggunaan 'hawu' untuk memasak makanan menghasilkan aroma khas yang menggugah selera makan, seperti pada nasi yang dimasak dengan tungku api akan beda rasanya dengan nasi yang dimasak dengan memakai kompor atau magic jar. Jika sekarang Anda yang tinggal di perkotaan ingin membuat tungku api (hawu) masih sangat bisa, namun kendalanya mungkin akan kesulitan untuk mencari kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
4. Dulang kayu
Peralatan masak yang satu ini mungkin hanya terdapat di beberapa daerah saja di Indonesia, jika di daerah Sunda (Jawa Barat) alat ini mungkin sudah tidak asing lagi. Bentuknya seperti pot dengan bagian bawah yang sedikit mengecil, sementara bahan pembuatnya adalah kayu keras sejenis nangka, kelapa dan kayu-kayu padat lainnya. Dulang di masyarakat Sunda dijadikan untuk mendinginkan nasi yang baru matang dari aseupan yang dimasak di dalam langseng dengan bantuan 'hihid' (kipas yang terbuat dari anyaman bambu) serta 'cukil' (centong kayu). Di dalam dulang nasi dibolak-balik dengan 'cukil' sambil dikipas-kipas dengan 'hihid', hal ini bertujuan untuk mengurang uap air yang berlebihan pada nasi.
5. Kipas bambu (dalam bahasa Sunda disebut Hihid)
Seperti yang sudah disebutkan di atas 'hihid' terbuat dari anyaman bambu berbentuk segi empat yang memiliki gagang kecil di salah satu sisinya. Peralatan masak ini berfungsi sebagai kipas yang menghasilkan udara dan digunakan untuk mendinginkan nasi ataupun ketika memasak makanan dengan cara dibakar agar bara api terus menyala sampai makanan dalam kondisi matang, misalnya ketika memasak sate atau membakar ikan. Nah kini peralatan masak tradisional yang satu ini masih bisa ditemui di beberapa tukang sate, karena sekarang banyak juga mereka yang sudah beralih menggunakan kipas angin elektronik untuk membakar satenya.
Itulah 5 peralatan masak tradisional yang keberadaannya kini hampir punah ditelan jaman. Kita tidak bisa menjamin kalau alat-alat masak ini masih ada dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Namun, seyogyanya hal ini bisa menjadi renungan kita untuk dapat melestarikannya sebagai bentuk kecintaan dan rasa syukur kita Allah SWT atas anugrah alam dan budaya yang sangat kaya di Indonesia ini.
Alat masak tradisional yang satu ini dipakai untuk menanak nasi atau memasak air atau mengukus makanan. Dandang yang berusia lebih tua biasanya terbuat dari tembaga berwarna kuning kemerah-merahan atau terlihat seperti keemasan, dan kesininya ada yang terbuat dari alumunium, plat besi/seng/stainless. Bentuknya cukup unik yakni dengan bagian atas dan bawah yang lebih besar, sedangkan bagian tengahnya terlihat mengecil seperti pinggang yang dikencangkan oleh sabuk, bentuk unik ini juga jika diamati mirip sekali dengan topi pesulap yang dibalik. Kini sudah jarang sekali toko perabotan rumah tangga yang menjual Langseng dari bahan tembaga seperti pada gambar, dan mungkin alat masak tradisional ini sudah menjadi salah satu barang antik.
2. Kukusan bambu (dalam bahasa Sunda disebut Aseupan)
Peralatan memasak ini terbuat dari bambu yang dianyam dan dibentuk seperti kerucut. Kegunaannya yakni untuk menanak nasi, mengukus makanan mentah seperti ubi, singkong, talas atau makanan olahan tradisional seperti kue bugis, getuk, pepes ikan dan lain-lain. Aseupan ini diugunakan bersama dandang/lanseng yaitu dengan cara memasukan bagian yang runcingnya terlebih dahulu ke dalam dandang sampai bagian atasnya tertahan oleh mulut langseng. Sehingga kalau menanak nasi, setelah matang akan menghasilkan bentuk seperti tumpeng, dan sekarang ini mungkin hanya sedikit saja yang masih menggunakan alat ini salah satunya yakni mereka yang berbisnis nasi tumpeng.
3. Tungku api (dalam bahasa Sunda disebut Hawu)
Tungku api atau hawu adalah peralatan masak utama yang wajib dimilik oleh setiap rumah orang jaman dulu sebelum adanya kompor minyak tanah. Tungku ini berfungsi sebagai kompor, sebelum banyak beredar semen di daerah pedalaman tungku dibuat dari tanah liat dengan bentuk sepeti gunung yang bagian tengah atas dan sampingnya dilobangi untuk aliran api dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Setelah semen beredar ke daerah-daerah, maka banyak masyarakat yang membuat tungku api dari adukan semen dan pasir bahkan ada juga yang menggunakan batu bata. Untuk menyalakan apinya dimulai dengan bahan-bahan atau kayu ranting kecil yang mudah terbakar, kemudian baru dimasukan kayu-kayu padat berukuran besar untuk menghasilkan api yang lebih besar, penggunaan 'hawu' untuk memasak makanan menghasilkan aroma khas yang menggugah selera makan, seperti pada nasi yang dimasak dengan tungku api akan beda rasanya dengan nasi yang dimasak dengan memakai kompor atau magic jar. Jika sekarang Anda yang tinggal di perkotaan ingin membuat tungku api (hawu) masih sangat bisa, namun kendalanya mungkin akan kesulitan untuk mencari kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
4. Dulang kayu
Peralatan masak yang satu ini mungkin hanya terdapat di beberapa daerah saja di Indonesia, jika di daerah Sunda (Jawa Barat) alat ini mungkin sudah tidak asing lagi. Bentuknya seperti pot dengan bagian bawah yang sedikit mengecil, sementara bahan pembuatnya adalah kayu keras sejenis nangka, kelapa dan kayu-kayu padat lainnya. Dulang di masyarakat Sunda dijadikan untuk mendinginkan nasi yang baru matang dari aseupan yang dimasak di dalam langseng dengan bantuan 'hihid' (kipas yang terbuat dari anyaman bambu) serta 'cukil' (centong kayu). Di dalam dulang nasi dibolak-balik dengan 'cukil' sambil dikipas-kipas dengan 'hihid', hal ini bertujuan untuk mengurang uap air yang berlebihan pada nasi.
5. Kipas bambu (dalam bahasa Sunda disebut Hihid)
Seperti yang sudah disebutkan di atas 'hihid' terbuat dari anyaman bambu berbentuk segi empat yang memiliki gagang kecil di salah satu sisinya. Peralatan masak ini berfungsi sebagai kipas yang menghasilkan udara dan digunakan untuk mendinginkan nasi ataupun ketika memasak makanan dengan cara dibakar agar bara api terus menyala sampai makanan dalam kondisi matang, misalnya ketika memasak sate atau membakar ikan. Nah kini peralatan masak tradisional yang satu ini masih bisa ditemui di beberapa tukang sate, karena sekarang banyak juga mereka yang sudah beralih menggunakan kipas angin elektronik untuk membakar satenya.
Itulah 5 peralatan masak tradisional yang keberadaannya kini hampir punah ditelan jaman. Kita tidak bisa menjamin kalau alat-alat masak ini masih ada dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Namun, seyogyanya hal ini bisa menjadi renungan kita untuk dapat melestarikannya sebagai bentuk kecintaan dan rasa syukur kita Allah SWT atas anugrah alam dan budaya yang sangat kaya di Indonesia ini.